Selasa, 27 Maret 2012

Plasmodium Malaria


A.    Definisi
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang disebut Plasmodium, yang dalam salah satu tahap perkembang biakannya akan memasuki dan menghancurkan sel-sel darah merah  yang ditularkan oleh nyamuk malaria ( Anopheles ). Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusidarah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya. (Harijanto P.N.2000)


B.     Jenis Plasmodium
Plasmodium pada manusia menyebabkan penyakit malaria dengan gejala demam. anemia dan spleomegali (pembengkakan spleen). Dikenal 4 (empat) jenis plasmodium, yaitu :
1.Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna).
2.Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana
3.Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana maligna). menyebabkan malaria malariaeatau malaria kuartana karena serangan demam berulang pada tiap hari keempat.
4.Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale. Malaria ini merupakan jenis ringan dan dapat sembuh sendiri
5.Plasmodium Knowlesi

C.    Klasifikasi
Kerajaan          : Protista
Filum               : Apicomplexa
Kelas               : Aconoidasida
Ordo                : Haemosporida
Famili              : Plasmodiidae
Genus              : Plasmodium
Spesies            : P. malariae

D.    Proses Kehidupan Plasmodium
Sebagaimana makhluk hidup lainnya, plasmodium juga melakukan proses kehidupan yang meliputi:
1.      Metabolisme (pertukaran zat).
Untuk proses hidupnya, plasmodium mengambil oksigen dan zat makanan dari haemoglobin sel darah merah. Dari proses metabolisme meninggalkan sisa berupa pigmen yang terdapat dalam sitoplasma. Keberadaan pigmen ini bisa dijadikan salah satu indikator dalam identifikasi.
2.      Pertumbuhan.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ini adalah perubahan morfologi yang meliputi perubahan bentuk, ukuran, warna, dan sifat dari bagian-bagian sel. Perubahan ini mengakibatkan sifat morfologi dari suatu stadium parasit pada berbagai spesies, menjadi bervariasi.Setiap proses membutuhkan waktu, sehingga morfologi stadium parasit yang ada pada sediaan darah dipengaruhi waktu dilakukan pengambilan darah. Ini berkaitan dengan jam siklus perkembangan stadium parasit. Akibatnya tidak ada gambar morfologi parasit yang sama pada lapang pandang atau sediaan darah yang berbeda.
3.      Pergerakan.
Plasmodium bergerak dengan cara menyebarkan sitoplasmanya yang berbentuk kaki-kaki palsu (pseudopodia). Pada Plasmodium vivax, penyebaran sitoplasma ini lebih jelas terlihat yang berupa kepingan-kepingan sitoplasma. Bentuk penyebaran ini dikenal sebagai bentuk sitoplasma amuboit (tanpa bentuk).
4.      Berkembang biak.
Berkembang biak artinya berubah dari satu atau sepasang sel menjadi beberapa sel baru. Ada dua macam perkembangbiakan sel pada plasmodium, yaitu:
a. Pembiakan seksual.
Pembiakan ini terjadi di dalam tubuh nyamuk melalui proses sporogoni. Bila mikrogametosit (sel jantan) dan makrogametosit (sel betina) terhisap vektor bersama darah penderita, maka proses perkawinan antara kedua sel kelamin itu akan terjadi. Dari proses ini akan terbentuk zigot yang kemudian akan berubah menjadi ookinet dan selanjutnya menjadi ookista. Terakhir ookista pecah dan membentuk sporozoit yang tinggal dalam kelenjar ludah vektor.
Perubahan dari mikrogametosit dan makrogametosit sampai menjadi sporozoit di dalam kelenjar ludah vektor disebut masa tunas ekstrinsik atau siklus sporogoni. Jumlah sporokista pada setiap ookista dan lamanya siklus sporogoni, pada masing-masing spesies plasmodium adalah berbeda, yaitu: Plasmodium vivax: jumlah sporozoit dalam ookista adalah 30-40 butir dan siklus sporogoni selama 8-9 hari. Plasmodium falsiparum: jumlah sporozoit dalam ookista adalah 10-12 butir dan siklus sporogoni selama 10 hari. Plasmodium malariae: jumlah sporozoit dalam ookista adalah 6-8 butir dan siklus sporogoni selama 26-28 hari.

b. Pembiakan aseksual.
Pembiakan ini terjadi di dalam tubuh manusia melalui proses sizogoni yang terjadi melalui proses pembelahan sel secara ganda. Inti troposoit dewasa membelah menjadi 2, 4, 8, dan seterusnya sampai batas tertentu tergantung pada spesies plasmodium. Bila pembelahan inti telah selesai, sitoplasma sel induk dibagi-bagi kepada setiap inti dan terjadilah sel baru yang disebut merozoit.

5.      Reaksi terhadap rangsangan.
Plasmodium memberikan reaksi terhadap rangsangan yang datang dari luar, ini sebagai upaya plasmodium untuk mempertahankan diri seandainya rangsangan itu berupa ancaman terhadap dirinya. Misalnya, plasmodium bisa membentuk sistem kekebalan (resistensi) terhadap obat anti malaria yang digunakan penderita.
Dengan adanya proses-proses pertumbuhan dan pembiakan aseksual di dalam sel darah merah manusia, maka dikenal ada tiga tingkatan (stadium) plasmodium yaitu:
a.       Stadium tropozoit, plasmodium ada dalam proses pertumbuhan.
b. Stadium sizon, plasmodium ada dalam proses pembiakan.
c. Stadium gametosit, plasmodium ada dalam proses pembentukan sel kelamin.
Oleh karena dalam setiap stadium terjadi proses, maka dampaknya bagi morfologi parasit juga akan mengalami perubahan. Dengan demikian, dalam stadium-stadium itu sendiri terdapat tingkatan umur yaitu: tropozoit muda, tropozoit setengah dewasa, dan tropozoit dewasa. Sizon muda, sizon tua, dan sizon matang. Gametosit muda, gametosit tua, dan gametosit matang.
Untuk sizon berproses berawal dari sizon dewasa pecah menjadi merozoit-merozoit dan bertebaran dalam plasma darah. Merozoit kemudian menginvasi sel darah merah yang kemudian tumbuh menjadi troposoit muda berbentuk cincin atau ring form. Ring form tumbuh menjadi troposoit setengah dewasa, lalu menjadi troposoit dewasa. Selanjutnya berubah menjadi sizon muda dan sizon dewasa. Pada saat menjadi merozoit-merozoit, sizon dewasa mengalami sporulasi yaitu pecah menjadi merozoit-merozoit baru.
Di sini dapat dikatakan, proses dari sizon dewasa untuk kembali ke sizon lagi, disebut satu siklus. Lamanya siklus ini dan banyaknya merozoit dari satu sizon dewasa, tidak sama untuk tiap spesies plasmodium.
Pada plasmodium falsiparum: jumlah merozoit di dalam satu sel sizon dewasa sebanyak 32 dan lama siklusnya 24 jam. Artinya reproduksi tinggi dan cepat sehingga kepadatan troposoit pada darah sangat tinggi.
Plasmodium vivax: jumlah merozoit di dalam satu sel sizon dewasa sebanyak 16 dan lama siklusnya 48 jam. Artinya reproduksi rendah dan lebih lambat, sehingga kepadatan troposoit pada darah sering rendah. Plasmodium malariae: jumlah merozoit di dalam satu sel sizon dewasa sebanyak delapan dan lama siklusnya 72 jam. Artinya reproduksi lebih rendah dan lebih lambat. Ini mungkin yang menjadi penyebab jarangnya spesies ini ditemukan.
Akhirnya, karena perbedaan proses perkembangan, maka masa tunas atau pre paten atau masa inkubasi plasmodium di dalam tubuh manusia (intrinsik) masing-masing spesies lamanya berbeda. Plasmodium falsiparum selama 9-14 hari, Plasmodium vivax selama 12-17 hari, dan Plasmodium malariae 18 hari.
E.     Siklus Plasmodium
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk Anopheles betina.(Harijanto P.N.2000)

a.      Silkus Pada Manusia
Pada waktu nyamuk Anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam peredaran darah selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang

lebih 2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun- tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).(Depkes RI.2006)
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam peredaran darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang disebut dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina. (Depkes RI. 2006)

b.      Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Di luas dinding lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya akan bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.(Harijanto, 2000)
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam bervariasi, tergantung dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten atau rentang waktu mulai




dari sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.(Harijanto, 2000)


F.     Patogenesis
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag.
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami perubahan struktur dan biomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel, Sitoadherensi, Sekuestrasi dan Resetting
Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:
1.      Penghancuran eritrosit
2.      Mediator endotoksin-makrofag
3.      Sekuestrasi eritrosit yang terluka
Patogenesis penyakit atau proses terjadinya penyakit yang telah dijelaskan sebelumnya digambarkan dalam teori simpul. Patogenesis atau proses kejadian penyakit diuraikan ke dalam 4 simpul, yakni simpul 1 disebut dengan sumber penyakit, simpul 2 merupakan komponen lingkungan, simpul 3 penduduk dengan berbagai variabel kependudukan seperti pendidikan, perilaku, kepadatan, dan jender dan simpul 4 penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau exposure dengan komponen lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau agent penyakit. Berikut adalah teori simpul dari terjadinya penyakit malaria.
G.    Patologi Malaria
Sporozoit pada fase eksoeritrosit bermultiplikasi dalam sel hepar tanpa menyebabkan reaksi inflamasi, kemudian merozoit yang dihasilkan menginfeksi eritrosit yang merupakan proses patologi dari penyakit malaria. Proses terjadinya patologi malaria serebral yang merupakan salah satu dari malaria berat adalah terjadinya perdarahan dan nekrosis di sekitar venula dan kapiler. Kapiler dipenuhi leukosit dan monosit, sehingga terjadi sumbatan pembuluh darah oleh roset eritrosit yang terinfeksi.

H.    Penularan Malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit yang disebut plasmodium spp yang hidup dalam tubuh manusia dan dalam tubuh nyamuk. Parasit/plasmodium hidup dalam tubuh manusia. Menurut epidemiologi penularan malaria secara alamiah terjadi akibat adanya interaksi antara tiga faktor yaitu Host, Agent, dan Environment. Manusia adalah host vertebrata dari Human plasmodium, nyamuk sebagai Host invertebrate, sementara Plasmodium sebagai parasit malaria sebagai agent penyebab penyakit yang sesungguhnya, sedangkan faktor lingkungan dapat dikaitkan dalam beberapa aspek, seperti aspek fisik, biologi dan sosial ekonomi.

I.       Manifestasi Klinis
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (Glycosyl Phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali. (Mansyor A dkk, 2001)
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung stadium aseksual). (Harijanto P.N, 2000)

2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas. (Harijanto P.N, 2000)
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (Malaria proxym) secara berurutan:
a. Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperature. (Mansyor A dkk, 2001)
b. Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40o C atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah- muntah dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat. (Harijanto P.N, 2006)
c. Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita merasa capek dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa. (Harijanto P.N, 2006)
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan lebih sering ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi setelah 3 hari dari serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan hiperemis. (Harijanto P.N, 2006)
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. Pada infeksi P. falciparum dapat menimbulkan malaria berat dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut (Harijanto P.N, 2000):
1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit >10.000/μl.
3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12 ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin >3mg%.
4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6. Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg disertai keringat dingin atau perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada hipertermis.
9. Asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).
10. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler jaringan otak.

J.      Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti infeksi malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat (Rapid Diagnotic Test)

K.    Prognosis
1. Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan. (Depkes RI, 2006)
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak 15%, dewasa 20% dan pada kehamilan meningkat sampai 50% (Depkes RI,2006)
3. Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik daripada gangguan 2 atau lebih fungsi organ. (Depkes RI, 2006)
a. Mortalitas dengan gangguan 3 fungsi organ adalah 50%.
b. Mortalitas dengan gangguan 4 atau lebih fungsi organ adalah 75%.
c. Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
- Kepadatan parasit <100.000/μL, maka mortalitas <1%.
- Kepadatan parasit >100.000/μL, maka mortalitas >1%.
- Kepadatan parasit >500.000/μL, maka mortalitas >5%.

L.     Pencegahan Penyakit Malaria
Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat. Pencegahan tanpa obat, yaitu dengan menghindari gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan cara :
1. Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu berinsektisida.
2. Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).
3. Menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya.
4. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
5. Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
6. Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
7. Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.
8. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta genangan air.
9. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate) pada genangan air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
10. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau sepanjang pantai.
Langkah lainnya adalah mengantisipasi dengan meminum obat satu bulan sebelum seseorang melakukan bepergian ke luar daerah tempat tinggalnya yang bebas malaria, sebaiknya mengkonsumsi obat antimalaria, misalnya klorokuin, karena obat ini efektif terhadap semua jenis parasit malaria. Aturan pemakaiannya adalah :
Pendatang sementara ke daerahî endemis, dosis klorokuin adalah 300 mg/minggu, 1 minggu sebelum berangkat selama berada di lokasi sampai 4 minggu setelah kembali.
Penduduk daerah endemis dan penduduk baru yang akan menetap tinggal, dosis klorokuin 300 mg/minggu. Obat hanya diminum selama 12 minggu (3 bulan).
Semua penderita demam di daerah endemis diberikan klorokuinî dosis tunggal 600 mg jika daerah itu plasmodium falciparum sudah resisten terhadap klorokuin ditambahkan primakuin sebanyak tiga tablet.

M.   Pengobatan Malaria
Tujuan pengobatan malaria adalah menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mengurangi kesakitan, mencegah komplikasi dan relaps, serta mengurangi kerugian sosial ekonomi (akibat malaria). Tentunya, obat yang ideal adalah yang memenuhi syarat:
-Membunuh semua stadium dan jenis parasit
-Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps
-Toksisitas dan efek samping sedikit
-Mudah cara pemberiannya
Ada beberapa jenis obat yang dikenal umum yang dapat digunakan dalam pengobatan penyakit malaria, antara lain:
1.      Klorokuin
Kerja obat :
- sizon darah : sangat efektif terhadap semua jenis parasit malaria dengan menekan gejala klinis dan menyembuhkan secara klinis dan radikal; obat pilihan terhadap serangan akut, demam hilang dalam 24 jam dan parasitemia hilang dalam 48-72 jam; bila penyembuhan lambat dapat dicurigai terjadi resistensi (gagal obat); terhadap Plasmodium falciparum yang resisten klorokuin masih dapat mencegah kematian dan mengurangi penderitaan.
gametosit : tidak evektif terhadap gamet dewasa tetapi masih efektif terhadap gamet muda.
Farmokodinamika :
- menghambat sintesa enzim parasit membentuk DNA dan RDA
- obat bersenyawa dengan DNA sehingga proses pembelahan dan pembentukan RNA terganggu.
Toksisitas :
- Dosis toksis: 1500 mg basa (dewasa)
- Dosis lethal: 2000 mg basa (dewasa) atau 1000 mg basa pada anak-anak atau lebih besar / sama dengan 30 mg basa/kg BB.
Efek samping :
- gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, diare terutama bila perut dalam keadaan kosong
- pandangan kabur
- sakit kepala, pusing (vertigo)
- gangguan pendengaran
Formulasi obat:
- Tablet (tidak berlapis gula): Klorokuin difosfat 150 mg basa setara dengan 250 mg berntuk garam dan Klorokuin sulfat 150 mg basa setara dengan 204 mg garam.
- Ampul: 1 ml berisi 100 ml basa klorokuin disulfat per ampul dan 2 ml berisi 200 ml basa klorokuin disulfat per ampul.
2. Primakuin
Kerja obat :
- sizon jaringan: sangat efektif terhadap p.falciparum dan p.vivax, terhadap p. malariae tidak diketahui.
- sizon darah: aktif terhadap p.falciparum dan p.vivax tetapi memerlukan dosis tinggi sehingga perlu hati-hati.
- gametosit: sangat efektif terhadap semua spesies parasit.
- hipnosoit: dapat memberikan kesembuhan radikal pada p.vivax dan p.ovale.
Farmakodinamika :
Menghambat proses respirasi mitochondrial parasit (sifat oksidan) sehingga lebih berefek pada parasit stadium jaringan dan hipnosoit
Toksisitas :
- Dosis toksis 60-240 mg basa (dewasa) atau 1-4 mg/kgBB/hari
- Dosis lethal lebih besar 240 mg basa (dewasa) atau 4 mg/kg/BB/hari
Efek samping :
- Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, anoreksia, sakit perut terutama bila dalam keadaan kosong
- Kejang-kejang/gangguan kesadaran
- Gangguan sistem haemopoitik
- Pada penderita defisiensi G6 PD terjadi Hemolysis
Formulasi obat : Tablet tidak berlapis gula, 15 mg basa per tablet.
3. Kina
Kerja obat :
- sizon darah: sangat efektif terhadap penyembuhan secara klinis dan radikal
- Gametosit: tidak berefek terhadap semua gamet dewasa P. falciparum dan terhadap spesies lain cukup efektif.
Farmakodinamika :
Terikat dengan DNA sehingga pembelahan RNA terganggu yang kemudian menghambat sintesa protein parasit.
Toksisitas :
- dosis toksis: 2-8 gr/hari (dewasa)
- dosis lethal: lebih besar dari 8 gr/hari (dewasa)
Efek samping :
Chinchonisme Syndrom dengan keluhan antara lain pusing, sakit kepala, gangguan pendengaran –telinga berdenging (tinuitis dll), mual dan muntah, tremor dan penglihatan kabur.
Formulasi obat:
- Tablet (berlapis gula), 200 mg basa per tablet setara 220 mg bentuk garam.
- Injeksi: 1 ampul 2 cc kina HCl 25% berisi 500 mg basa (per 1 cc berisi 250 mg basa)

4. Sulfadoksin Pirimetamin (SP)
Kerja obat :
- sizon darah: sangat efektif terhadap semua p. falciparum dan kuang efektif terhadap parasit lain dan menyembuhkan secara radikal. Efeknya bisa lambat bila dipakai dosis tunggal sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain (Pirimakuin)
- Gametosit: tidak efektif terhadap gametosit tetapi pirimetamin dapat mensterilkan gametosit
Farmakodinamika :
- primetamin, terikat dengan enzym Dihidrofolat reduktase sehingga sintesa asam folat terhambat sehingga pembelahan inti parasit terganggu
- SP menghambat PABA ekstraseluler membentuk asam folat merupakan bahan inti sel dan sitoplasma parasit
Toksisitas :
- sulfadoksin, dosis toksis 4-7gr/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 7 gr/hari (dewasa)
- pirimetamin, dosis toksis 100-250 mg/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 250 mg/hari (dewasa)
Efek samping :
- gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah
- pandangan kabur
- sakit kepala, pusing (vertigo)
- haemolisis, anemia aplastik, trombositopenia pada penderita defisiensi G6PD
Kontra indikasi :
- idiosinkresi
- bayi kurang 1 tahun
- Defisiensi G6PD
Formulasi obat :
500 mg sulfadoksin ditambah 25 mg pirimetamin.

5. Sambiloto
Bila sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dipilih sebagai obat alternatif, bagian yang digunakan adalah daunnya. Tanaman ini tumbuh lurus dengan banyak cabang. Tingginya Cuma 50 – 80 cm. Daunnya terbukti tidak beracun dan memiliki sifat antipiretik (menghilangkan demam). Sifat antipiretik inilah yang bisa membantu penderita malaria dalam melawan penyakitnya. Dalam penelitian in vivo (di dalam tubuh makhluk hidup), daun sambiloto memang tidak mematikan P. berghei pada mencit. Namun, mencit yang tertular bisa diperpanjang masa hidupnya karena hati dan limpanya terlindung dari kerusakan. Dengan demikian penggunaan daun sambiloto dapat menunjang penggunaan obat plasmodicide (bersifat menghancurkan plasmodia).
Hasilnya, sudah terlihat pada pemberian pertama. Meski begitu, dianjurkan untuk menggunakannya secara terus-menerus. Daun sambiloto bisa digunakan sebagai obat oral tunggal tradisional. Setiap kali hendak menggunakannya diperlukan sekitar setengah genggam daun sambiloto segar. Bahan itu dicuci, direbus dengan tiga gelas minum air bersih hingga tinggal sekitar ¾ bagiannya. Setelah disaring dan ditambahi madu (kalau dirasa perlu), air rebusan sudah siap dijadikan obat tradisional untuk malaria. Dalam sehari penderita dianjurkan meminumnya tiga kali, masing-masing sebanyak ¾ gelas minum.
6. Bratawali
Tanaman lain yang bisa dijadikan sebagai alternatif bahan obat tradisional adalah bratawali (Tinospora crispa Miers.). Tanaman ini tumbuh merambat dengan gemang batang sebesar kelingking orang dewasa. Batangnya dipenuhi benjolan-benjolan kecil.
Bagian tanaman yang digunakan untuk pengobatan malaria adalah batangnya. Di dalamnya terkandung alkaloid. Batang ini rasanya sangat pahit, sehingga binatang pun enggan menyentuhnya. Demikian pahitnya hingga kalau air rebusannya dikonsumsi begitu saja dapat menyebabkan muntah-muntah. Meski begitu, rebusan ini telah lama digunakan sebagai obat demam yang sukar diobati. Bahkan, sejak lebih dari setengah abad lampau khasiatnya sebagai obat deman telah diuji oleh dokter-dokter angkatan bersenjata. Mereka berkesimpulan khasiatnya baik pada beberapa kasus demam berselang (mungkin demam sebagai gejala malaria).
Serbuk batang bratawali termasuk bahan yang PNT. Infusnya bersifat antipiretik. Sifat inilah yang meringankan penderitaan penderita malaria. Namun, belum diketahui apakah sifat ini disebabkan alkaloid yang dikandungnya atau oleh sebab lain. Yang pasti, dalam penelitian bahan ini tidak menurunkan jumlah eritrosit mencit yang tertular P. berghei.
Untuk menjadikannya sebagai obat tunggal tradisional diperlukan ¾ jari batang bratawali segar. Batang itu dipotong-potong seperlunya lalu direbus di dalam 4 ½ gelas minum air hingga tinggal separuhnya. Air rebusan disaring, diberi pemanis gula atau madu secukupnya. Hasilnya siap diminum sebagai obat oral. Tiap hari penderita dianjurkan meminumnya tiga kali, masing-masing ¾ gelas minum.

9. Vaksin
Kurang memuaskannya hasil penanganan selama ini mengakibatkan para ahli sependapat bahwa harapan untuk memenangkan perang melawan malaria terletak pada ditemukannya vaksin antimalaria. Dari ke empat spesies plasmodium, yang paling banyak menimbulkan kematian adalah P falciparum sehingga prioritas penemuan vaksin ditujukan terhadap spesies ini. Sementara ini telah diteliti empat kemungkinan pendekatan tata kerja vaksin:
1. pada stadium pre erythrocyt (sel darah merah),
2. pada tingkat blood stage.
3. pada transmission blocking.
4. kombinasi ketiganya atau multi stage vaccine.
Vaksin yang bekerja pada stadium pre erythrocyte di desain untuk mencegah infeksi ke sel darah merah yakni mencegah pelepasan merozoit dari hati. Makanya vaksin tersebut sangat penting peranannya bagi strategi penemuan multi stage vaccine selanjutnya.
Sementara vaksin yang bekerja pada blood stage bekerja membatasi multiplikasi parasit di dalam darah. Sehingga mengurangi gejala klinis penyakit, namun tidak dapat mencegah terjadinya infeksi. Kemungkinan mekanisme kerjanya adalah menginduksi antibodi terhadap protein permukaan merozoite, protein dari sel darah merah yang sudah terinfeksi atau menginduksi toksin antimalaria
Sedangkan vaksin transmission-blocking vaccinee (TBVs) bertujuan mencegah transmisi parasit dari manusia ke nyamuk dan vaksin jenis ini digabungkan dengan vaksin berbagai tingkat yang lain (liver dan blood stage).
Begitu pula vaksin multi stage. Vaksin ini di disain untuk berefek pada semua tingkat pada siklus parasit malaria. Pertama diuji coba pada manusia dengan tipe SPF66 suatu tipe peptide vaksin. Pada awalnya SPF66 memberikan hasil yang menjanjikan, namun dalam percobaan skala besar penelitian fase III hasilnya negatif. Saat ini formula baru vaksin ini sedang dikembangkan serta vaksin multi stage berbasis DNA juga mulai dikembangkan .
Untuk mengatasi plasmodium memang diperlukan vaksin kompleks namun ternyata penambahan berbagai elemen justru hasilnya kontra produktif. Penemuan genetic tools yang baru seperti transcriptome dan teknologi analisa proteome diharapkan membuat para ahli dapat lebih memahami biologi dari plasmodium sehingga dapat menolong untuk pengembangan vaksin dan obat antimalaria yang baru.
Walau strategi mengatasi malaria belum sepenuhnya berhasil, namun tetap harapannya terletak pada vaksin-vaksin tersebut. Meski sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang memenuhi syarat, bahkan pengembangannya masih banyak tantangan. Para ahli tetap mengupayakan ditemukannya vaksin antimalaria terutama vaksin multi stage.

Rabu, 21 Maret 2012

Asuhan Keperawatan Kebutuhan Nutrisi


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses metabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecah).
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untu kebutuhan metabolisme bassal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu yang menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhn nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
1.2  Tujuan
·        Umum         : mahasiswa mampu memahami konsep nutrisi terhadap klien serta prinsip keperawatan dalam mengatasinya.
·         Khusus       :
-          Menjelaskan pengertian konsep nutrisi
-          Mengidentifikasi tentang masalah nutrisi terhadap klien
-          Menguraikan cara mengatasi permasalahan nutrisi
           
1.3  Rumusan Masalah
Manfaat dari permasalahan ini diharapkan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai berikut:
-          Memenuhi kebutuhan nutrisi terhadap klien
-          Sebagai tolok ukur keseimbangan nutrisi


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN NUTRISI
2.1 Konsep Dasar Nutrisi
2.1.1 Saluran Pencernaan Makanan
Sistem pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk diasimilasi tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas bagian-bagian berikut:
1.      Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang di antara gusi, bibir, pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut. Di dalam mulut, makanan mengalami proses mekanis melalui pengunyahan yang akan membuat makanan dapat hancur sampai merata, dibantu oleh enzim amylase yang akan memecah amilium yang terkandung dalam makanan menjadi maltose.
Proses mengunyah ini merupakan kegiatan terkoordinasi antara lidah, gigi, dan otot-otot mengunyah. Di dalam mulut, juga terdapat kelenjar saliva yang menghasilkan saliva untuk proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang, khususnya amylase, melicinkan bolus sehingga mudah ditelan, menetralkan, serta mengecerkan bolus.
Kelenjar tersebut terdiri atas: kelenjar parotis, merupakan kelenjar penghasil saliva terbesar yang terletak di sebelah kiri dan kanan bagian depan agak ke bawah; kelenjar submandibularis, merupakan penghasil saliva nomer dua setelah kelenjar parotis, terletak dibawah sisi tulang rahang; dan kelenjar sublingualis, penghasil saliva terkecil, letaknya di bawah lidah.
Dalam proses sekresi, saliva dipengaruhi oleh beberapa factor, di antaranya factor mekanis (seperti adanya benda bolus dalam mulut), factor psikis (seperti bila mencium atau mengingat makanan yang enak), dan factor kimiawi (seperti bila makanan terasa asam atau asin).
2.      Faring
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang hidung, mulut, dan laring. Faring terbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas hingga vertebra servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan esophagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm dan terletak di belakang trakea, di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen serta menyambung dengan lambung.
Esophagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan makanan dari faring menuju lambung. Esophagus berbentuk seperti silinder yang berongga dengan panjang kurang lebih 2 cm dengan kedua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Dalam keadaan normal, sfingter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan masuk ke dalam lambung. Keadaan ini bertujuan untuk mencegah gerakan balik sisi ke porgan bagian atas, yaitu esophagus. Proses penghantaran makanan dilakukan dengan cara peristaltic, yaitu lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi.
3.      Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang etrdiri atas bagian atas (disebut fundus), bagian utama dan bagian bawah berbentuk horizontal (antrum pilorik). Lambung berhubungan dengan esophagus melalui orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan pancreas, sedangkan limpa menempel pada sebelah kiri fundus.
Lambung memiliki fungsi, yaitu fungsi motoris serta fungsi sekresi dan pencernaan. Fungsi motoris lambung adalah sebagai reservoir untuk menampung makanan sampai dengan sedikit demi sedikit dan sebagai pencampur adalah memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil yang dapat bercampur dengan asam lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan adalah mensekresi pepsin dan HCI yang akan memecah protein menjadi pepton, amylase memecah amilium menjadi maltose. Lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol membentuk B12 yaitu di ileum, dan mensekresi mucus yang bersifat protektif. Makanan berada pada lambung selama 2-6 jam, kemudian bercampur dengan getah lambung (cairan asam bening tak berwarna) yang mengandung 0.4 % HCl untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai antiseptic dan desinfektan. Dalam getah lambung terdapat beberapa enzim diantaranya pepsin, dihasilkan oleh pepsinogen serta berfungsi mengubah makanan menjadi bahan yang lebih mudah larut. Berfungsi membekukan susu atau membentuk kasein kasinogen yang dapat larut.
4.      Usus halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5 m dalam keadaan hidup. Kemudian akan bertambah panjang menjadi kurang lebih 6m pada orang yang telah meninggal, akibatnya adanya relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi oleh usus besar yang memanjang dari lambung hingga katup ileo kolika.
Usus halus terdiri atas 3 bagian, duodenum dengan panjang kurang lebih 25 cm, jejunum dengan panjang kurang lebih 2m dan illeum dengan panjang kurang lebih 1m atau 3/5 akhir dari usus. Lapisan dinding dalam usus halus mengandung berjuta-juta vili kira-kira sebanyak 4,5 juta, yang membentuk mukosa menyerupai beludru. Pada permukaan setiap villi terdapat tonjolan yang menyerupai jari-jari, yang disebut mikrovili. Villi bersama-sama dengan mikrovilli dan valvula kaniventes menambah luasnya permukaan sekresi dan absorpsi serta menghalangi agar isinya tidak terlalu cepat berjalan sehingga absorpsi lebih banyak terjadi.
Pada dinding usus halus, khususnya mukosa, terdapat beberapa nodula jaringan limpe yang disebut kelenjar soliter, berfungsi sebagai perlindungan terhadap infeksi. Di dalam ileum, nodula ini membentuk tumpukan kelenjar yang terdiri atas 20-30 kelenjar soliter.
Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorpsi di dalam usus halus, yaitu pada duodenum, dan di sini terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin B, vitamin A,D,E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat.
5.      Usus besar
Usus besar atau juga disebut sebagai kolon, merupakan sambungan dari usus halus yang dimulai dari katup ileokolik atau ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus besar memiliki panjang kurang lebih 1,5 m. kolon terbagi atas asenden, transversum, desende, sigmoid, dan berakhir di rectum yang panjangnya kira-kira 10 cm dari usus besar. Dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Tempat kolon asenden membentuk belokan tajam di abdomen atas bagian kanan disebut fleksura hepatis, sedang tempat kolon transversum membentuk belokan tajam di abdomen atau bagian kiri disebut fleksura lienalis.
Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang lebih 90%), elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorpsi air kurang lebih 5000cc/hari. Flora yang terdapat dalam usus besar berfungsi untuk menyintesis vitamin K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan.

2.1.2 Pengertian
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab GIZAWI yang berarti nutrisi. Oleh para ahli diubah menjadi gizi. Gizi adalah subtansi organik dan non organik yang ditemkan dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik.
Manusia memerlukan asupan makanan guna memperoleh zat-zat penting yang di kenal istilah nutrisi. Nutrisi berfungsi untuk memperbaiki jaringan tubuh, mengatur proses dalam tubuh, sebagai sumber energi, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit. Dengan demikian, fungsi utama nutrisi adalah untuk memberikan energi bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka, dan jaringan, serta mengatur berbagai proses kimia di dalam tubuh.
Dalam konsep dasar nutrisi di kenal istilah nutrien. Nutrien adalah substansi organik dan anorganik khusus yang terdapat dalam makanan yang diperlukan tubuh agar dapat menjalankan fungsinya. Nutrien mempunyai 3 fungsi utama:
1.      Menyediakan energi untuk proses dan pergerakan tubuh.
2.      Menyediakan ‘struktur material” utuk jaringan tubuh seperti tulang dan otak.
3.      Mengatur proses tubuh.
(sumber: Wahid Iqbal Mubarak, SKM & Ns. Nurul Chaygtin, S.Kep, 2007. “Kebutuhan Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktek” Gresik)
·         Status Nutrisi Optimal
Sering disebut energi balance yaitu jumlah energi yang di konsumsi di kurangi energi yang dikeuarkan. Positif energy balance (input>Output,Negative energy balance, Input<Output)
·         Energi Input
Yang dimaksud energi input mencangkup:
a.       Sumber energi: karbohidrat, protein, lemak
b.      Alat ukur: calori/joule
c.       Calori, panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 10 C dari 1 gram air.
d.      Kilo calori, jumlah energi panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 10C dari 1 kilogram air.
·         Energi Output
Energi output meliputi:
a.       energi output merupakan energi yang dikeluarkan oleh tubuh agar jaringan dan organ berfungsi
b.      sumber energi: ikatan molekul-molekul phosphat ATP dari hasil proses metabolisme tubuh yang mengandung tinggi energi
·         Keperluan Energi
Keperluan energi ditentukan 2 hal, sebagai berikut:
a.       BMR (Basal Metabolisme Rate)
Merupakan reaksi kimia yang terjadi saat tubuh dalam keadaan istirahat.
BMR adalah jumlah calori yang dihabiskan setiap jam oleh tubh dalam keadaan istirahat.
BMR = calori/meter/jam
-          Pria = 1,0 Kcal/Kgbb/jam
-          Wanita = 0,9 Kcal/Kgbb/jam
(sumber= internet)
b.      Jumlah energi lain yang dihabiskan dalam keadaan aktif.
Fungsi energi adalah:
- Menyediakan energi untuk proses dalam tubuh dan latihan aktifitas
- Menyediakan struktur materi untuk jaringan tubuh misalnya tulang dan otot tubuh
- mengatur proses tubuh lainnya.
           
2.1.3 Elemen Nutrisi
          Elemen nutrisi terdiri atas
1.      AIR
         Air merupakan komponen terbesar yang diperlukan oleh tubuh. Air meliputi 60%-80% berat badan individu dewasa dan 80% berat badan bayi(Potter dan Pery,1992). Individu dewasa dapat  kehilangan cairan ±2-3 liter/hari melalui keringat, urine, dan pernafasan. Individu dewasa rata-rata memerlukan 6-8 gelas air/ hari. Fungsi air bagi tubuh untuk membantu proses atau reaksi kimia dalam tubuh serta berperan mengontrol temperature tubuh.
Tabel keseimbangan cairan pada pria deawasa di daerah iklim sedang
Asupan(input)
Ml/hari
Haluran
(output)
Ml/hari
Minuman
1300
Uine
1500
Makanan
900
Keringat
550
Oksidasi nutrisi
300
Penguapan
Tinja
350
100
Total
2500
total
2500

2.      KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan kelompok nutrien yang berfungsi sebagai sumber energy bagi tubuh, sebagai penghasil lemak, sebagai pasangan protein.
                          Jenis-jenis karbohidrat:
·         Monosakarida (C6H12O6)
·         Laktosa          :terdapat pada buah-buahan
·         Fruktosa         :terdapat pada buah-buahan, madu, tebu
·         Galaktosa       :tidak ditemukan dalam keadaan aslinya. Akan di temukan jika laktosa dipecah.
·         Disakarida (C12H22O11)
·         Sukrosa           :terdapat dalam tebu
·         Laktosa           :terdapat pada susu
·         Maltosa           :tidak terdapat dialam bebas, diperoleh dari hindolisis amilum dengan bantuan enzim diatase.
3.   PROTEIN
Protein adalah kimia hasil hidrolis dari pencernaan yang merupakan unsur pokok untuk membangun kembali asam amino. Asam amino disimpan dalam jaringan dalam bentuk hormon. Protein berfungsi mempertahankan dan menganti sel-sel yang rusak. Setiap 1 gram proten menghasilkan 4 Kkal.
12 jenis asam amino yang umum ditemukan dalam protein 8 diantaranya merupakan asam amino esensial. Asam amino yang tidak dapat disintensis oleh tubuh. oleh karena itu di dapat dari makanan.
Sumber protein antara lain daging, telur, ayam, ikan dll. Masalah defisien protein yang hebat menyebabkan penyakit yang disebut kwashiokor.
4.      LEMAK
Lemak adalah kelompok zat kimi organic yang berminyak dan tidak bias tercampur dengan air tetapi bisa tercampur dengan alcohol. Zat kimia ini adalah lipid. Elemen yang terdapat pada lemak adalah karbon, hydrogen, oksigen. Lemak tunggal disebut Tri gliserit. 1 gr lemak akan menghasilkan 9 kkal/38kJ. Proses terbentuknya lemak disebut lipogenesis.
            Fungsi lemak antara lain sebagai sumber energy, sumber asam lemak esensial, menyerp vitamin larut lemak.
Sumber lemak bias didapat dalam metega, keju, daging sapi, kacang tanah, ikan cord, susu.
5.      VITAMIN
Vitamin ialah senyawa organic yang idak dapat dibuat oleh tubuh dan diperlukan dalam jumlah besr sebagai katalisator dalam proses etabolisme.
Vitamin secara umum dikelompokan dalam:
   a.Vitamin yang dapat larut dlam lemak       :Vit A,D,E,dan K.
b.Vitamin Vitamin yang larut dalam air      : Vit B dan C
6.      MINERAL
Mineral adalah unsur kimia selain karbon, hydrogen, oksigen dan nitrogen yang dibutuhkan oleh tubuh.
Mineral dikategorikan menjadi dua    :
1.      Makromineral
Yaitu seseorang memerlukan setiap harinya sejumlah lebih 100 mg.
Contohnya            : Kalsium, pospor, sodium, potassium.
2.      Mikromineral
Yaitu seseorang memerlukan setiap harinya sejumlah kurang lebih100mg Contohnya:Besi,mangan,seng,sodium,iodium,cobalt,dll.
Mineral dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori:
1.Bagian struktur jaringan
2,Membantu keseimbangan air dan asam basa
3.Bentuk komponen yang pnting molekul organic,beberapa enzim,hormon,mengatur proses tubuh
4.Saraf tranmisi impulse saraf dan kontraksi otot

2.1.4        Kebutuhan Nutrisi sesuai tingkat perkembangan usia
1.Bayi
            Yang dimaksud bayi adalah usia 0-12 bulan. Kalori yang dibutuhkan sekitar 110-120 kalori/kg/hari. Kebutuhan cairan sekitar 140-160 ml/kg/hari. Bayi sebelu usia 6 bulan pemberian nutrisi yang pokok adalah air susu ibu. ASI sangat cocok diberikan sampai umur minimal 4 bulan.
Adapun keuntungan pemberian ASI adalah :
a.ASI merrupakan nutrisi yang komplit
b. Dalam ASI terdapat laktobasilus bilidus adalah mikroorganisme dalam ASI yang bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berbahaya dalam intesnial.
c. Protein dalam ASI banyak
d. ASI mengandung lipose untuk membantu bayi yang imatur dalam pencerrnaan lemak.
2.Masa anak tolder (1-3 th) dan pra sekolah (3-5 th)
            Masa anak penting untuk mendidik pola makan yang benar.
Kebiasaan yang sebaiknya diajarkan pada usia ini antara lain:
a.       penyediaan makanan dalam berbagai variasi
b.      membatasi makanan manis
c.       konsumsi diet yang seimbang
Kebutuhan kalori pada anak usia 1 tahun = 100kcal/hari dan anak usia 3 tahun 300-500 kcal/hari.
3.Anak sekolah (6-12 th)
            Pola makanan pada usia ini perlu diperhatikan, karena pada sia ini anak-anak senang makanan yang dijual di luar rumah.
Kebutuhan nutrisi anak berdasarkan golongan umur dalam tahun :
Usia
Kalori
Protein
Cal
Fe
Vit A
Vit B
Vit C
10-12
1900
60
0,75
8
2500
0,7
25
7-9
1600
50
0,75
7
2500
0,6
25
5-6
1400
40
0,50
6
2500
0,6
25
Tahun
Cal
dr
dr
Mg
U
Mg
Mg

4. Masa adolescents remaja (13-21 th)
            Kebutuhan kalori, protein, mineral, dan vitamin sangat tinggi berkaitan dengan proses pertumbuhan.
Lemak tubuh meningkatkan akan mengakibatkan obesitas sehingga akan menimbulkan stress terhadap body image yang terdapat mengakibatkan masalah kesehatan.
5.Masa dewasa  muda (23-30 th)
            Kebutuhan nutrisi pada usia ini un tuk proses pertumbuhan, proses pemeliharaan dan pebaikan tubuh, mempertahankan keadaan gizi.
6. Masa dewasa (31-45 th)
            Masa dewasa masa produktif kususnya terkait dengan aktifitas fisik, karena umur ini merupakan puncak untuk aktifitas hidup terutma dalam aktifitas bekerja. Kebutuhan nutrisi dibedakan antara tingkat pekerjaan ringan, berat, sedang.
7.Dewasa tua (46 th keatas)
            Kebutuhan unsur-unsur gizi sudah jauh berkurang, pada usia lanjut maka BMR akan berkurang 10-30%. Maka aktifitas mengalami degenerative
8. Wanita masa kehamilan menyusui
            Wanita hamil dan ibu menyusui sangat memerlukan makanan yang baik dan cukup. Sebagai bahan pertimbangan untuk dapat menghasilkan 1 liter ASI harus menyediakan kalori sebanyak 150 kal sedangkan ASI meagandung 75 kal,12 gr protein, 45 gr lemak laktosa vitamin dll.
Kebutuhan gizi untuk ibu hamil dan menyusui
Jenis kebutuhan
Ibu hamil
Ibu menyusui
Kalori
2500 gr
300 gr
Protein
85gr
100 gr
Calsium
1,5 gr
2gr
Ferum
15 gr
15 gr
Vit A
8000 U.I
8000 U.I
Vit B
1,8 mg
2,8 mg
Vit C
100 mg
150 mg
Riboflavin
2,5 mg
3 mg
Vit D
400-800 U.I
400-800 U.I
Air
6-8 gelas
6-8 gelas

            2.1.5 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
                        a. Pengetahuan
              Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi makanan.
b. Prasangka
            Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang.
c. Kebiasaan
            adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu juga dapat mempengaruhi ststus gizi.
d. Kesukaan
            Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya vaiasi makanan sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.
e. Ekonomi
            Status ekonomi seseorang dapat merubah status gizi seseorang karena penyediaan makanan bergizi, menbutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.


2.2 Asuhan Keperawatan Nutrisi
2.2.1 Pengkajian
        Pengkajian merupakan dasar utama proses keperawatan, pengkajian data terhadap pasien harus sistematis dan akurat. Dengan pengkajian dapat menentukan aktifitas untuk memecahkan masalah klien dan digunakan sebagai sumber data dasar yaitu data fisiologis, psikologis, sosiobudaya, perkembangan, dan spiritual.
Untuk mengkaji status nutrisi pasien dipaparkan pendekatan ABCD, yaitu:
a.      Anthropolometric measurement
Tujuan pengukuran ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan mengkaji status nutrisi serta ketersediaan energi tubuh.
Pengukuran anthopometrik terdiri atas:
1.      Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan alita dilakukan dalamposisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi pada posisi terbaring. Satuan tinggi badan adalah cm atau inchi.
2.      Berat badan
Alat ukur berat badan yang lazim digunakan adalah timbangan manual, meskipun ada alat ukur yang mengunakan sistem digital elektrik. berat badan yang ideal: (TB-100)± 10&. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengukur berat badan:
a.       Alat ukur skala ukur yang digunakan tetap sama setiap kali menimbang
b.      Menimbang tanpa alas kaki
c.       Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali menimbang
d.      Waktu (jam) penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan sesudah makan
(menurut Wanit Iqbal Mubarak, SKM dan Ns Nurul Chayati, S.Kep, 2007. “Buku ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik”)

3.      Tebal lipatan kulit
Bertujuan untuk menentukan presentase lemak pada tubuh, mengkaji kemungkinan malnutrisi, berat badan normal, atau obesitas. Area yang sering digunakan untuk pengukuran ini adalah lipatan kulit trisep (trisep skinfold [TSF] skapula, dan suprailiaka.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran antara lain:
a.       Anjuran klien unutk membuka baju guna mencegah kesalahan pada hasil pengukuran
b.      Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman klien
c.       Dalam pengukuran TSF, utamakan lengan klien yang tidak dominan
d.      Pengukuran TSF dilakukan pada titik tengah lengan atas, antara akronim dan olekranon
e.       Klien dianjurkan untuk rileks saat pengukuran
f.       Alat ukur yang digunakan adalah kapiler
g.      Nilai normal wanita           : 16,5-18 cm
   Pria               : 12,5-16,5cm
4.      Lingkar Tubuh
Umumnya area tubuh yang digunakan untuk pengukuran ini kepala, dada, dan otot bagian lengan atas.
b.      Biochemical data
Pengkajian status nutrisi klien ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium. Klien diperiksa darah dan urinnya yang meliputi pemeriksaan hemoglobin, hemaktokrit, albumin. Albumin berfungsi untuk memelihara kesembangan cairan dan elektrolit serta untuk transportasi nutrisi dan hormone.
1.      Hemoglobin normal
Pria            : 13-16 g/dl
Wanita       : 12-14 g/dl
2.      Hematokrit normal
Pria            : 40-48 vol %
Wanita       : 37-43 vol%
3.      Albumin normal
Pria dan wanita: 4-5,2 g/dl
c.       Clinical sign of nutrional status
Klien dengan maslah nutrisi akan memperhatikan tanda-tanda abnormal tersebut bukan saja pada organ-organ fisiknya tetapi juga fisiologisnya. Tanda-tanda klinik untuk mengetahui status individu:
Organ / sistem tubuh
Tanda normal
Tanda abnormal
Rambut
Licin, berkilau, baik kering atau berminyak
Kusam, rontok, tumbuh tidak sempurna
Kulit
Halus, sedikit basah, tugor baik
Kering, pecah-pecah, bersisik
Mata
Bersih an bersinar, konjuntiva tidak pucat
Tidak bercahaya, konjungtiva pucat
Cardiovaskuler
HR, tensi, nadi, irama jantung teratur
HR, tensi tidak normal, irama jantung tidak teratur
Otot-otot
Kuat dan berkembang biak
Lembek dan berkembang tidak baik
Gastrointestinal
Nafsu makan baik, BAB/BAK teratur dan normal
Nafsu makan kurang, diare, sulit menelan, konstipasi
Aktifitas
Bersemangat, giat dan tidur normal
Energi kurang, lemah, susah tidur
Neurologi
Refleks normal, emosi dan perhatian baik
Refleks kurang, iritable, perhatian kurang, dan emosi labil
Clinikal singn gangguan nutrisi di golongkan sebagai berikut:
1.      Protein calorie malnutrision (PCM/PEM)
Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kekurangan kualitas dan kuantitas konsumsi nutrisi, dengan kateggori sebagai berikut:
a.       PCM/PEM ringan
BB kurang dari  80% dari BB normal sesuai umur
b.      PCM/PEM sedang
60% dari BB normal sesuai umur Sd 80% dari BB normal
c.       PCM/PEM berat
BB kurang dari 60% dari BB normal sesuai umur
2.      Kwashior
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat pada bayi ketika sudah tidak mendapatkan ASI. Defisiensi protein dapat berakibat: retardasik metal, kemunduran, apatis, edema, otot-otot tidak tumbuh dll. Tanda klinis kwashiokor:
a.       Odem
b.      Gangguan pertumbuhan
c.       Perubahan kejiwaan
d.      Otot tumbuh terlihat lemah
3.      Maramus
Sindrom akibat defisiensi calorie d protein. Defisiensi kalori dan protein berakibat: kelaparan, hilangnya jaringan-jaringan tubuh, BB < dari normal, diare
PCM juga berakibat kurang baiknya penanganan klien selama menjalani proses perawatan di berbagai fasilitas kesehatan
4.      Obesitas
Status obesitas dapat ditegakkan apabila berat badan lebih dari normal (20-30%>normal)
5.      Over weight
Suatu keadaan berat badan 10% melebihi berat badan ideal
d.      Dietery history
Masyarakat pada umumnya pernah melakukan diet. Akan tetapi cara ini hanya merangsang pengeluaran cairan, bukan perubahan kebiasaan makanan (Moore Courney, Mary, 1997). Pola makan dan kebiasaan makan dipengaruhi oleh budaya, latar belakang, status sosial ekonomi, aspek psikologi. Faktor yang perlu dikaji dalam riwayat konsumsi nutrisi/diet klien:
Pola diet/makan
Vegetarian, tidak makan ikan laut, dll
Pengetahuan tentang nutrisi
Penentuan tingkat pengetahuan klien mengenai kebutuhan nutrisi
Kebiasaan Makanan
MI melihat bersama-sama, makan sambil mendengarkan musik, makan sambil melihat televisi
Makanan kesukaan
Suka makan lalap, suka sambel, suka coklat, suka roti
Pemasukan cairan
Jumlah cairan tiap hari yang diminum, jenis minuman, jarang minum
Problem diet
Sukar menelan, kesulitan mengunyah
Tingkat aktivitas
Jenis pekerjaan, waktu bekerja siang/malam, perlu makanan tambahan atau tidak
Riwayat kesehatan/ pengkomsumsian obat
Adanya riwayat penyakit diabetus melitus, adanya alergi


2.2.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi adalah:
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi: keadaan dimana intake nutrisi kurang dari keadaan metabolism tubuh
·         Kemungkinan ditemukan data:
a.       Meningkatkan kebutuhan kalori dan kesulitan mencerna secara berkelanjutan akibat penyakit infeksi, luka bakar, ataupun kanker
b.      Disfagia akibat kelumpuhan serebral
c.       Penurunan absorpsi nutrisi akibat toleransi laktosa
d.      Penurunan nafsu makan
e.       Sekresi berlebihan, baik melalui latihan fisik, muntah, diare, ataupun pengeluaran lainnya
f.       Ketidakcukupan absorpsi akibat efek samping obat atau lainnya
g.      Kesulitan mengunyah

·         Masalah klinik yang berhubungan dengan:
a.       Anoreksia nervosa
b.      AIDS
c.       Pembedahan
d.      Kehamilan
e.       Kanker
f.       Anemia
g.      Marasmus

2.      Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan nutrisi
Definisi: klien dengan risiko atau actual mengkonsumsi makanan melebihi dari kebutuhan metabolism tubuh
·         Kemungkinan data yang ditemukan:
a.       Perubahan pola kenyang akibat efek obat atau radiasi
b.      Penurunan fungsi pengecap atau penciuman
c.       Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi
d.      Penurunan kebutuhan metabolisme
e.       Kelebihan asupan
f.       Perubahan gaya hidup

·         Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
a.       Obesitas
b.      Hipotiroidesme
c.       Klien dengan pemakaian kortikosteroid
d.      Imobilisasi

2.2.3 Perencanaan
Tujuan                     :
1.      Meningkatkan nafsu makan apabila nutrisi kurang
2.      Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
3.      Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parental
Rencana tindakan   :
1.      Monitor perubahan factor yang menyebabkan terjadinya kekurangan kebutuhan nutrisi atau kelebihannya dan status kebutuhan nutrisi
2.      Kurangi factor yang mempengaruhi perubahan nutrisi
3.      Ajarkan untuk merencanakan makanan
4.      Kaji tanda vital dan bising usus
5.      Monitor glukosa, elektrolit, albumin, dan hemoglobin
6.      Berikan pendidikan tentang cara diet, kebutuhan kalori, atau tindakan lainnya.

Tindakan pada gangguan kekurangan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan cara:
·         Mengurangi kondisi atau gejala penyakit yang menyebabkan penurunan nafsu makan
·         Memberikan makanan yang disukai sedikit demi sedikit tetapi sering memperhatikan jumlah kalori dan tanpa kontraindikasi
·         Menata ruangan senyaman mungkin
·         Menurunkan stress psikologis
·         Menjaga kebersihan mulut
·         Menyajikan makanan mudah dicerna
·         Hindari makanan yang mengandung gas

Tindakan pada gangguan obstruksi mekanis secara umum dapat dilakukan dengan cara:
·         Lakukan kebersihan mulut segera dengan kumur-kumur menggunakan minuman bikarbonat rendah kalori atau 1/2 atau 1/4  larutan hiderogen peroksida dan air sebagai pembersih mulut
·         Ajarkan teknik mempertahankan nafsu makan dengan mengubah variasi dan kepadatan seperti jus atau sop kental
·         Gunakan suplemen tinggi kalori atau protein

Tindakan pada gangguan kesulitan makan secara umum dapat dilakukan dengan cara :
·         Atur posisi seperti duduk tegak 60-90 derajat pada kursi atau ditepi tempat tidur
·         Pertahankan posisi selama 10-15 menit
·         Fleksikan kepala ke depan pada garis tengah tubuh 45 derajat untuk mempertahankan kepatenan esophagus
·         Mulai dari jumlah yang kecil
·         Anjurkan untuk membersihkan mulut, hindari makanan yang pedas atau asam, makanan berserat (sayuran mentah), dan rendam makanan kering agar lunak

Tindakan pada gangguan kelebihan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan cara:
·         Hindari makanan yang mengandunf lemak
·         Berikan motivasi untuk menurunkaanberat badan
·         Lakukan program olah raga
2.2.4 Implementasi
1. Pemberian Nutrisi Melalui Oral
   Pemberian nutrisi melaui oral merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan cara membantu memberikan  makan.nutrisi melalui oral (mulut), bertujuan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera makan pada klien.
Alat dan Bahan:
1.      Piring
2.      Sendok
3.      Garpu
4.      Gelas
5.      Serbet
6.      Mangkok cuci tangan
7.      Pengalas
8.      Jenis diet

Prosedur kerja:
1.      Cuci tangan
2.      Jelasksn prosedur yang akan dilakukan
3.      Atur posisi klien
4.      Pasang pengalas
5.      Anjurkan klien untuk berdoa sebelum makan
6.      Bantu untuk melakukan makan dengan cara menyuapkan makanan sedikit demi sedikit dan berikan minum sesudah makan
7.      Setelah selesai, bersihkan mulut klien dan anjurkan untuk duduk sebentar
8.      Cacat hasil atau respon pemenuhuan terhadap makan
9.      Cuci tangan

2. Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga/Lambung
Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu menelan dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa penduga. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
Alat dan Bahan:
1.      Pipa penduga dalam tempatnya
2.      Corong
3.      Spuit 20 cc
4.      Pengalas
5.      Bengkok
6.      Plester, gunting
7.      Makana dalam bentuk cair
8.      Air matang
9.      Obat
10.  Stetoskop
11.  Klem
12.  Baskom berisi air (kalau tidak ada stetoskop)
13.  Vaselin

Prosedur kerja:
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.      Atur posisi klien dengan posisi semiflower
4.      Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas di daerah dada
5.      Letakkan bengkok di dekat klien
6.   Tentukan letak pipa penduga dengan cara mengukur panjang pipa dari epigastinum sampai hidung kemudian dibengkokkan ke telinga dan beri tanda batasnya
7.   Berikan vaselin pada ujung pipa dan klem pangkal pipa tersebut lalu masukkan melalui hidung secara perlahan-lahan sambil klien dianjurkan untuk menelannya
8.   Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk ke lambung dengan cara:
·         Masukkan ujung selang yang diklem ke dalam baskom yang berisi air (klem dibuka), perhatikan bila ada gelembung maka pipa masuk ke paru, dan jika tidak ada gelembung maka pipa masuk ke lambung. Setelah itu diklem atau dilipat kembali
·         Masukkan udara dengan spuit ke dalam lambung melalui pipa tersebut dan dengarkan dengan stetoskop. Bila di lambung terdengar bunyi, berarti pipa tersebut sudah masuk, setelah itu keluarkan udara yang ada didalam sebanyak jumlah yang dimasukkan
9.   Setelah selesai, maka lakukan tindakan pemberian makanan dengan cara pasang corong atau spuit pada pangkal pipa
10.  Masukkan air matang ± 15 cc pada awal dengan cara dituangkan lewat pinggirnya
11.  Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia, setelah itu bila ada masukkan obat dan beri minum lalu pipa penduga diklem
12.  Catat hasil tau respons klien selama pemberian makanan
13.  Cuci tangan

3. Pemberian Nutrisi Melalui Parenteral
   Pemberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberian nutrisi berupa cairan infuse yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui darah vena, baik secara sentral (untuk nutrisi parenteral total) ataupun vena perifer (untuk nutrisi parental parsial). Pemberian nutrisi melalui parental dilakukan pada klien yang tidak bias makan melalui oral atau pipa nasograstik dengan tujuan untuk menunjang nutrisi sentral yang hanya memenuhi sebagian kebutuhan harian.
1.      Nutrisi Parenteral Parsial
         Merupakan pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena. Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di penuhi melalui enteral. Cairannya yang biasa digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino.
2.      Nutrisi Parenteral Total
         Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena dimana kebutuhan nutrisi sepenuhannya melalui cairan infuse karena keadaan saluran pencernaan klien tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E 1000, cairan ini yang mengandung asam amino seperti Pan Amin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti intralipid
3.      Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui vena sentral untuk jangka waktu lama dan melalui vena perifer.
(Hidayat,AAA & Uliyah, M, 2005)
2.2.5 Evaluasi
1.      Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari kebutuhan.
2.      Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda kekurangan atau kelebihan berat badan
3.      Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan adanya proses pencernaan makanan yang adekuat






BAB III
KESIMPULAN
3.1  Kesimpulan
Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain dan dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain. Nutrisi berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia, maka akan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit.
3.2  Saran
Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat enting untuk diupayakan. Upaya untuk melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan cara makan-makanan yang seimbang 4 sehat 5 sempurna dengan di imbangi keadaan hidup bersih untuk setiap individu. Hal tersebut harus dilakukan setiap hari, karena tanpa setiap hari maka tubuh manusia bisa terserang penyakit akibat imune tubuh yang menurun.








DAFTAR PUSTAKA
  • A. Aziz alimul H,2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan jilid 2. Jakarta: Salemba Medika
  • Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.1 Jakarta: EGC
  • Tarwoto wartonah, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawata. Jakarta: Salemba Medika
  • Wahid Iqbal Mubarak, SKM & Ns. Nurul Chaygtin, S.Kep, 2007. “Kebutuhan Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktek” Gresik